MAKALAH ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN
KEMISKINAN
MAKALAH
INI DIAJUKAN UNTUK TUGAS MATA KULIAH ILMU SOSIAL DASAR
Disusun oleh: Muhammad.Rizki.Ramadhan
Vincentius Sharon Excelli Lauder
Alvons Purbandaru
Dinda Ayu Rahmasari
NPM : 54418924
57418241
50418621
52418007
Kelas : 1IA03
Dosen : Trikanti
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK
2018
Kata Pengantar
Puji
syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Mahaesa karena kasih karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul, “ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN
KEMISKINAN”. Sebaik mungkin makalah saya buat meskipun masih banyak
kekurangan di dalamnya, dan juga saya berterima kasih pada Bapak Emilianshah
Banowo selaku dosen mata kuliah “Ilmu Sosial Dasar” yang telah memberikan
motivasi dan kesempatan kepada saya untuk mengerjakan makalah ini.
Saya berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai seberapa besar ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berkaitan dengan kelangsungan hidup kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, saya berharap adanya kritik,saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Jakarta, 29 desember
2018
Daftar Isi
Kata
Pengantar................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................... ii
Bab I
Pendahuluan...........................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................2
C. Tujuan Penulisan...............................................................2
Bab II Pembahasan……………………………………………………...3
A. Ilmu Pengetahuan…………………………………………….3
B. Teknologi………………………………………………………5
C. Kemiskinan…………………………………………………....7
D.
Kemakmuran………………………………………………….8
E. Kaitan
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan……9
Bab III Studi Kasus dan
Pembahasan…………………………………10
Bab IV
Penutup…………………………………………………………..12
A. Analisa………………………………………………………...12
B. Solusi…………………………………………………………..12
C. Kesimpulan……………………………………………………13
Daftar
Pustaka…………………………………………………………….14
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK) adalah dua hal yang tidak akan pernah bisa terlepaskan
dari kehidupan manusia. Apalagi, abad 21 ini adalah era globalisasi dimana
hampir semua kegiatan manusia menggunakan sistem teknologi. Yang mana
perkembangan teknologi sangatlah pesat, dalam hal ini teknologi sangat
berpengaruh di kehidupan sosial kita. Apalagi jika kita amati lebih jauh, IPTEK
sangat berpengaruh pada kehidupan sosial.
Teknologi dalam
penerapannya sebagai jalur utama yang dapat menyonsong masa depan, sudah diberi
kepercayaan yang mendalam. Dia dapat mempermudah kegiatan manusia, meskipun
mempunyai dampak sosial yang muncul sering lebih penting artinya daripada
kehebatan teknologi itu. Kita misalkan saja manusia yang bisa memanfaatkan
IPTEK maka akan memiliki status pendidikan yang tinggi. Oleh karena itu orang
yang berpendidikan tinggi identik dengan status sosial yang tinggi. jika status
sosial seseorang tinggi maka tingkat kemakmurannya juga akan tinggi pula. Untuk
itulah jika diamati dengan seksama maka terdapat hubungan yang sangat kuat
antara IPTEK dengan kesejahteraan masyarakat.
Kesejahteraan
masyarakat maka akan meliputi kemakmuran dan kemiskinan. Bilamana masyarakat
bisa makmur apabila berhasil mengikuti dan menggunakan perkembangan IPTEK maka
masyarakat tersebut termasuk masyarakat yang sejahterah, dan sebaliknya,
masyarakat yang tidak dapat mengikuti IPTEK dengan baik maka terjadi
kemiskinan.
Kemiskinan
sendiri merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagai perjuangan yang
akan memperoleh kemerdekaan bangsa dan motivasi fundamental dari cita-cita
masyarakat adil dan makmur. Berbicara tentang kemiskinan akan menghadapkan kita
pada persoalan lain, seperti persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok, posisi
manusia dalam lingkungan sosial dan persoalan yang lebih jauh, bagaimana ilmu
pengetahuan (ekonomi) dan teknologi memanfaatkan sumber daya alam untuk
mengurangi kemiskinan di tengah masyarakat.
Kemiskinan
memang menjadi masalah yang serius dalam menghadang kemajuan IPTEK. Hal ini
disebabkan, masyarakat miskin dipastikan tidak akan bisa menikmati kemajuan
teknologi. Malah yang terjadi masyarakat miskin akan menghambat perkembangan
teknologi. Bukan hanya itu saja, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi memberikan
dampak dalam sektor ekonomi sehingga masyarakat akan terseleksi dan membuat
mereka menjadi miskin ketika dampak IPTEK mulai merajarela.
Untuk itulah,
perlu adanya pemahaman yang mendalam antara Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) dengan kemiskinan serta kemakmuran masyarakat sehingga ada kemungkinan
muncul sebuah kesalahan persepsi mengenai IPTEK yang sangat erat kaitannya
dengan kemunculan kemiskinan yang terus berkelanjutan.
2. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan?
2. Apakah yang dimaksud dengan teknologi?
3. Apakah arti dari kata kemiskinan?
3. Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui definisi dari ilmu pengetahuan.
2. Memahami arti dari teknologi.
3. Mampu menjelaskan mengenai arti kata kemiskinan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan (science), siapa yang tidak mengenalnya? Lalu apakah
sebenarnya yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan? Jawabnya adalah semua
pengalaman yang berharga dan berguna selama hidup kita, baik yang didapat dalam
kehidupan sehari-hari, dari sesama umat manusia, dari buku-buku yang ada,
kesemuanya termasuk dalam ilmu pengetahuan.
Ilmu
pengetahuan lazim digunakan dalam pengertian sehari-hari, terdiri dari
dua kata, “ ilmu “ dan “ pengetahuan “, yang masing-masing punya identitas
sendiri-sendiri.
Secara etimologi
kata ilmu dalam bahasa Arab “ilm” yang berarti
memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu
pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat
berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan lain sebagainya.
Ilmu menjawab
pertanyaan “why” dan “how” sedangkan filsafat menjawab pertanyaan “why, why, dan why” dan seterusnya sampai jawaban paling akhir
yang dapat diberikan oleh pikiran atau budi manusia.
Untuk
membuktikan pengetahuan itu benar, perlu berpangkal pada teori kebenaran
pengetahuan :
1.
Pengetahuan dianggap benar apabila dalil (proposisi) itu mempunyai hubungan
dengan dalil (proposisi) yang terdahulu
2.
Pengetahuan dianggap benar apabila ada kesesuaian dengan kenyataan
3.
Pengetahuan dianggap benar apabila mempunyai konsekwensi praktis dalam diri
yang mempunyai pengeahuan itu.
Ilmu
pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga komponen penyangga tubuh pengetahuan
yang disusunnya yaitu:
1.
Ontologis
Epistemologis hanyalah
merupakan cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi tubuh
ilmu pengetahuan.
2.
Epistemologis
Ontologis dapat
diartikan hakekat apa yang dikaji oleh pengetahuan, sehingga jelas ruang
lingkup wujud yang menajdi objek penelaahannya. Atau dengan kata lain
ontologism merupakan objek formal dari suatu pengetahuan.
3.
Aksiologis
Komponen
aksiologis adalah asas menggunakan ilmu pengetahuan atau fungsi dari ilmu
pengetahuan.
Pengetahuan
muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali
benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan
sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya,
ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan
tersebut.
Langkah-langkah
dalam memperoleh ilmu dan objek ilmu meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan.
Dimulai dengan pengamatan, yaitu suatu kegiatan yang diarahkan kepada fakta
yang mendukung apa yang dipikirkan untuk sistemasi, kemudian menggolong-golongkan
dan membuktikan dengan cara berpikir analitis, sistesis, induktif dan deduktif.
Yang terakhir ialah pengujian kesimpulan dengan menghadapkan fakta-fakta
sebagai upaya mencari berbagai hal yang merupakan pengingkaran.
Pengetahuan
yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai
pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa
didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara
empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang
menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan
menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris
tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi
manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih
untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan
tentang manajemen organisasi.
Selain
pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui akal budi
yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih menekankan
pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya
pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan
didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah
pemikiran logis akal budi. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang
diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak
dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang
secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
Ilmu
Pengetahuan adalah suatu proses pemikiran dan analisis yang rasional,
sistimatik, logik dan konsisten. Hasilnya dari ilmu pengetahuan dapat
dibuktikan dengan percobaan yang transparan dan objektif. Ilmu pengetahuan
mempunyai spektrum analisis amat luas, mencakup persoalan yang sifatnya
supermakro, makro dan mikro. Hal ini jelas terlihat, misalnya pada ilmu-ilmu:
fisika, kimia, kedokteran, pertanian, rekayasa, bioteknologi, dan sebagainya.”
Untuk mencapai
suatu pengetahuan yang ilmiah dan obyektif diperlukan sikap yang bersifat
ilmiah, yang meliputi empat hal yaitu :
1.
Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga menacapi pengetahuan ilmiah
yang obeyktif
2.
Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya
didukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis
yang ada
3.
Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap
indera dam budi yang digunakan untuk mencapai ilmu
4.
Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori maupun aksioma terdahulu telah
mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.
Permasalahan
ilmu pengetahuan meliputi arti sumber, kebenaran pengetahuan, serta sikap
ilmuwan itu sendiri sebagai dasar untuk langkah selanjutnya.
2. Teknologi
Teknologi
adalah pemanfaatan ilmu untuk memecahkan suatu masalah dengan cara mengerahkan
semua alat yang sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan skala nilai yang ada.
Teknologi bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis serta untuk
mengatasi semua kesulitan yang mungkin dihadapi.
Selain
menimbulkan dampak positif bagi kehidupan manusia, terutama mempermudah
pelaksanaan kegiatan dalam hidup, teknologi juga memiliki berbagai dampak
negatif jika tidak dimanfaatkan secara baik. Contoh masalah akibat perkembangan
teknologi adalah kesempatan kerja yang semakin kurang sementara angkatan kerja
makin bertambah, masalah penyediaan bahan-bahan dasar sebagai sumber energi
yang berlebihan dikhawatirkan akan merugikan generasi yang akan datang.
Teknologi tepat
guna adalah suatu teknologi yang telah memenuhi tiga syarat utama yaitu :
a.
Persyaratan Teknis, yang termasuk di dalamnya adalah :
1.
Memperhatikan kelestarian tata lingkungan hidup, menggunakan sebanyak mungkin
bahan baku dan sumber energi setempat dan sesedikit mungkin menggunakan bahan
impor.
2.
Jumlah produksi harus cukup dan mutu produksi harus diterima oleh pasar yang
ada.
3.
Menjamin agar hasil dapat diangkut ke pasaran dan masih dapat dikembangkan,
sehingga dapat dihindari kerusakan atas mutu hasil.
4.
Memperlihatkan tersedianya peralatan serta operasi dan perawatannya.
b.
Persyaratan Sosial, meliputi :
1.
Memanfaatkan keterampilan yang sudah ada
2.
Menjamin timbulnya perluasan lapangan kerja yang dapat terus menerus berkembang
3.
Menekan seminimum mungkin pergeseran tenaga kerja yang mengakibatkan
bertambahnya pengangguran.
4.
Membatasi sejauh mungkin timbulnya ketegangan sosial dan budaya dengan mengatur
agar peningkatan produksi berlangsung dalam batas-batas tertentu sehingga
terwujud keseimbangan sosial dan budaya yang dinamis.
Dalam konsep
yang pragmatis dengan kemungkinan berlaku secara akademis dapatlah dikatakan
bahwa pengetahuan (body ofknowledge), dan
teknologi sebagai suatu seni (state of arts) yang
mengandung pengetian berhubungan dengan proses produksi; menyangkut cara
bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan ketrampilan
dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi. Secara konvensional mencakup
penguasaan dunia fisik dan biologis, tetapi secara luas juga meliputi teknologi
sosial, terutama teknologi sosial pembangunan (the social technology of
development)sehingga teknologi itu adalah merode sistematis untuk
mencapai tujuan insani (Eugene Stanley, 1970).
Teknologi
memperlihatkan fenomenanya dalam masyarakat sebagai hal impersonal dan memiliki
otonomi mengubah setiap bidang kehidupan manusia menjadi lingkup teknis.
Jacques Ellul dalam tulisannya berjudul “the technological society” (1964)
tidak mengatakan teknologi tetapi teknik, meskipun artinya sama. Menurut Ellul
istilah teknik digunakan tidak hanya untuk mesin, teknologi atau prosedur untuk
memperoleh hasilnya, melainkan totalitas metode yang dicapai secara
rasional dan mempunyai efisiensi (untuk memberikan tingkat perkembangan) dalam
setiap bidang aktivitas manusia. Jadi teknologi penurut Ellul adalah berbagai
usaha, metode dan cara untuk memperoleh hasil yang distandarisasi dan diperhingkan
sebelumnya.
Fenomena teknik
pada masyarakat terkini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
1.
Rasionalistas, artinya tindakan spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan
yang direncanakan dengan perhitungan rasional
2.
Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah
3.
Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan
secara otomatis. Demikian juga dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan
non teknis menjadi kegiatan teknis
4.
Teknik berkembang pada suatu kebudayaan
5.
Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling
bergantung
6.
Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi,
bahkan dapat menguasai kebudayaan
7.
otonomi artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
Teknologi yang
berkembang dengan pesat meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Luasnya
bidang teknik digambarkan sebagai berikut :
1.
Teknik meluputi bidang ekonomi, artinya teknik mampu menghasilkan barang-barang
industri. Dengan teknik, mampu mengkonsentrasikan capital sehingga terjadi
sentralisasi ekonomi
2.
Teknik meliputi bidang organisasional seperti administrasi, pemerintahan,
manajemen, hukum dan militer
3.
Teknik meliputi bidang manusiawi. Teknik telah menguasai seluruh sector
kehidupan manusia, manusia semakin harus beradaptasi dengan dunia teknik dan
tidak ada lagi unsur pribadi manusia yang bebas dari pengaruh teknik.
Alvin Tofler
(1970) mengumpamakan teknologi itu sebagai mesin yang besar atau sebuah
akselarator (alat pemercepat) yang dahsyat, dan ilmu pengetahuan sebagai bahan
bakarnya. Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan secara kuantitatif dan
kualtiatif, maka kiat meningkat pula proses akselerasi yang ditimbulkan oleh
mesin pengubah, lebih-lebih teknologi mampu menghasilkan teknologi yang lebih
banyak dan lebih baik lagi.
3. Kemiskinan
Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar,
ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.
Kemiskinan pada
dasarnya merupakan salah satu bentuk problema yang muncul dalam kehidupan
masyarakat, khususnya pada negara-negara yang sedang berkembang, tetapi tidak
berarti pada negara maju tidak ada orang yang miskin karena kemiskinan
merupakan masalah global.
Kemiskinan bisa
dikelompokan dalam dua kategori, yaitu:
1. Kemiskinan
absolut
Kemiskinan
jenis ini berhubungan dengan garis kemiskinan yang didefiniskan secara
internasional/regional/nasional. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set
standard yang konsisten, tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat/negara.
Bank Dunia mendefinisikan kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan
dibawah USD $1/hari.
2. Kemiskinan
relatif
Kemiskinan
relatif berhubungan dengan populasi terhadap distribusi pendapatan. Kemiskinan
jenis ini tidak berhubungan dengan garis kemiskinan, tetapi bersumber
dari perspektif masing-masing orang, yaitu karena orang tersebut merasa miskin.
Kemiskinan realatif bisa menimpa siapa saja. Satu contoh, bila anda
seorang pegawai dengan pendapatan 5 juta perbulan misalnya, suatu hari anda
mengetahui bahwa rekan anda yang se-level dengan anda, memiliki pendapatan yang
nilainya 3x lipat dari anda. seketika anda merasa marah, geregetan. Pada
kondisi tersebut anda telah mengalami kemiskinan relatif.
Sedangkan
kemiskinan menurut pendapat umum dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok,
yaitu :
Kemiskinan yang
disebabkan aspek badaniah atau mental seseorang. Pada aspek badaniah, biasanya
orang tersebut tidak bisa berbuat maksimal sebagaimana manusia lainnya yang
sehat jasmani. Sedangkan aspek mental, biasanya mereka disifati oleh sifat
malas bekerja dan berusaha secara wajar, sebagaimana manusia lainnya.
Kemiskinan yang
disebabkan oleh bencana alam. Biasanya pihak pemerintah menempuh dua cara,
yaitu memberi pertolongan sementara dengan bantuan secukupnya dan
mentransmigrasikan ke tempat hidup yang lebih layak.
Kemiskinan
buatan atau kemiskinan struktural. Selain disebabkan oleh keadaan pasrah pada
kemiskinan dan memandangnya sebagai nasib dan takdir Tuhan, juga karena struktur
ekonomi, sosial dan politik.
Penyebab
kemiskinan kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
Penyebab
individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari
perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin.
Penyebab
keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga.
Penyebab
sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan
kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam
lingkungan sekitar.
Penyebab
agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk
perang, pemerintah, dan ekonomi.
Penyebab
struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari
struktur sosial.
4.KEMAKMURAN
Membicarakan
mengenai masalah kemakmuran, tentu yang pertama kali terlintas dalam benak
adalah mengarah kepada segi keuangan atau kemapanan hidup seseorang. Secara
mendasar kemakmuran dilihat dari sudut pandang ilmu ekonomi memiliki definisi
sebagai situasi dimana kebutuhan bisa terpenuhi. Kebutuhan disini mencakup
kebutuhan batin dan kebutuhan lahir, bisa dari sandang, papan, dan pangan.
Kemudian meluas akan kebutuhan rasa nyaman, percaya, dan kepedulian sesama
untuk saling membantu.
Secara
umum kemakmuran memiliki kriteria sebagai berikut :
§ Terpenuhinya kebutuhan pokok (primer),
berupa sandang, pangan, dan papan.
§ Mampu mnjangkau kebutuhan sekunder
maupun tersier dengan mudah.
§ Tidak memiliki tekanan batin, sehingga
pikiran ringan.
§ Memiliki orang yang menjadi tempat
kepercayaan.
§ Tidak kesulitan mengatur waktu, tenaga,
maupun finansial.
§ Tercukupinya kebutuhan diri akan
rekreasi dan menjalankan hobi.
Melihat
kriteria tersebut, tentunya akan langsung mengacu pada kemapanan dari segi
finansial seseorang. Orang dengan keuangan yang melimpah cenderung mampu
mendapatkan apapun yang diinginkan.
Namun
pada kenyataannya, berdasarkan studi diketahui bahwa orang yang mapan dari segi
finansial masih bisa dikatakan belum makmur. Hal ini terjadi karena adanya
beban baru terhadap kondisi sosial seseorang, bisa karena penyakit, pendamping
hidup, maupun orang sekitar yang sulit diberikan amanah (kepercayaan). Orang
yang cenderung mencintai uang seolah hidup hanya untuk bersenang-senang di
dunia, sehingga beberapa orang justru tidak terpenuhi kebutuhan batin. Seperti
kebutuhan kasih dan sayang dari keluarga maupun orang terdekat lainnya. Hal ini
tentunya masih belum bisa dikatakan makmur, apabila kebutuhan batin tidak mampu
terpenuhi.
Berbicara
mengenai kemakmuran akan lebih bijak apabila standart kemakmuran tersebut
disesuaikan dengan kondisi diri sendiri. Sebab rasa cukup, bahagia, dan
perasaan damai lainnya diciptakan oleh diri sendiri bukan oleh orang lain dan
lingkungan. Sehingga memiliki filosofi, selalu melihat ke bawah dan jangan melihat
ke atas, akan membantu mendapatkan kemakmuran lahir maupun batin. Sebab
kebutuhan sandang, pangan, maupun papan tentunya tidak perlu terlalu mewah,
dalam kadar secukupnya saja. Semakin besar pasak maka diperlukan tiang yang
semakin besar pula, sehingga mengatur pengeluaran dari berapapun pendapatan
maka kita sudah makmur secara lahir.
5.Kaitan Ilmu Pengetahuan,
Teknologi dan Kemiskinan
Ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang tak terpisahkan dalam
peranannya untuk memenuhi kebutuhan insani. Ilmu pengetahuan digunakan untuk
mengetahui “apa” sedangkan teknologi mengetahui “bagaimana”. Ilmu pengetahuan
sebagai suatu badan pengetahuan sedangkan teknologi sebagai seni yang
berhubungan dengan proses produksi, berkaitan dalam suatu sistem yang saling
berinteraksi. Teknologi merupakan penerapan ilmu pengetahuan, sementara
teknologi mengandung ilmu pengetahuan di dalamnya.
Ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya, keduanya menghasilkan suatu
kehidupan di dunia (satu dunia), yang diantaranya membawa malapetaka yang belum
pernah dibayangkan. Oleh karena itu, ketika manusia sudah mampu membedakan ilmu
pengetahuan (kebenaran) dengan etika (kebaikan), maka kita tidak dapat netral
dan bersikap netral terhadap penyelidikan ilmiah. Sehingga dalam penerapan atau
mengambil keputusan terhadap sikap ilmiah dan teknologi, terlebih dahulu
mendapat pertimbangan moral dan ajaran agama.
Ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan bagian-bagian yang dapat dibeda-bedakan,
tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi dengan
sistem-sistem lain dalam kerangka nasional seperti kemiskinan.
Dalam hal
kemiskinan struktural, ternyata adalah buatan manusia terhadap manusia lainnya
yang timbul dari akibat dan dari struktur politik, ekonomi, teknologi dan
sosial buatan manusia pula. Perubahan teknologi yang cepat mengakibatkan
kemiskinan, karena mengakibatkan terjadinya perubahan sosial yang fundamental.
Sebab kemiskinan diantaranya disebabkan oleh struktur ekonomi, dalam hal ini
pola relasi antara manusia dengan sumber kemakmuran, hasil produksi dan
mekanisme pasar. Kesemuanya merupakan sub sistem atau sub struktur dari sistem
kemasyarakatan. Termasuk di dalamnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bab III
Studi Kasus dan Pembahasan
JAKARTA, SELASA –
Selama beberapa tahun terakhir ini perkembangan teknologi informasi (TI)
semakin maju sejalan dengan kebutuhan manusia yang semakin meningkat.
Pengenalan terhadap perangkat teknologi pun seharusnya sudah dilakukan sejak
dini agar tidak “gaptek” atau gagap teknologi di era globalisasi yang semakin
berkembang apalagi di Indonesia.
“Anak-anak Indonesia seharusnya sudah dikenalkan pada teknologi itu sejak pre-school. Sekitar usia empat tahun.” ujar Tika Bisono, dalam acara Memanfaatkan Perangkat Tehnologi untuk Pengembangan Kreativitas Anak, di Kidzania, Jakarta, Selasa (19/2).
Menurut Tika Bisono, penggunaan teknologi informasi yang semakin canggih pada anak-anak, seharusnya mendapat pendampingan dari orang tua. “Orangtua dapat mengarahkan anak-anak dalam penggunaan perangkat-perangkat teknologi tersebut, sehingga penggunaannya tidak melewati batas-batasnya. Tapi orangtuanya harus belajar dulu. Ya perlu semacam edukasi teknologi untuk orangtua,” ujar Tika.
Menurut hasil penelitian lembaga riset pasar ritel dan konsumen global, NPD Group yang berkedudukan di New York, Amerika Serikat, pada pertengahan 2007, anak-anak usia empat sampai lima tahun yang berada di Amerika Serikat, paling sering menggunakan perangkat teknologi komputer.
Walaupun penelitian ini dilakukan di Amerika Serikat namun hasilnya bisa menjadi sebuah rujukan bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia, seiring dengan meningkatnya fenomena anak-anak yang akrab dengan dunia TI.
Tika mengungkapkan saat ini anak-anak kelas menengah keatas di Indonesia memiliki kemampuan yang tinggi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), karena memiliki akses yang memadai. “Ini seharusnya menjadi sorotan pemerintah. Bagaimana anak-anak menengah ke bawah pun bisa memiliki akses untuk tahu tentang kemajuan teknologi,” tambah Tika.
“Anak-anak Indonesia seharusnya sudah dikenalkan pada teknologi itu sejak pre-school. Sekitar usia empat tahun.” ujar Tika Bisono, dalam acara Memanfaatkan Perangkat Tehnologi untuk Pengembangan Kreativitas Anak, di Kidzania, Jakarta, Selasa (19/2).
Menurut Tika Bisono, penggunaan teknologi informasi yang semakin canggih pada anak-anak, seharusnya mendapat pendampingan dari orang tua. “Orangtua dapat mengarahkan anak-anak dalam penggunaan perangkat-perangkat teknologi tersebut, sehingga penggunaannya tidak melewati batas-batasnya. Tapi orangtuanya harus belajar dulu. Ya perlu semacam edukasi teknologi untuk orangtua,” ujar Tika.
Menurut hasil penelitian lembaga riset pasar ritel dan konsumen global, NPD Group yang berkedudukan di New York, Amerika Serikat, pada pertengahan 2007, anak-anak usia empat sampai lima tahun yang berada di Amerika Serikat, paling sering menggunakan perangkat teknologi komputer.
Walaupun penelitian ini dilakukan di Amerika Serikat namun hasilnya bisa menjadi sebuah rujukan bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia, seiring dengan meningkatnya fenomena anak-anak yang akrab dengan dunia TI.
Tika mengungkapkan saat ini anak-anak kelas menengah keatas di Indonesia memiliki kemampuan yang tinggi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), karena memiliki akses yang memadai. “Ini seharusnya menjadi sorotan pemerintah. Bagaimana anak-anak menengah ke bawah pun bisa memiliki akses untuk tahu tentang kemajuan teknologi,” tambah Tika.
Pembahasan
Dari studi kasus
diatas pembangunan ekonomi di Indonesia memang belum merata disetiap daerah.
Hal ini dapat dibuktikan dari masih minimnya sarana teknologi untuk siswa-siswa
yang masih tinggal di daerah terpencil.
Pengenalan teknologi yang seharusnya sudah diperkenalkan sejak dini oleh orang tua dapat memperkecil kemiskinan dari dampak perubahan teknologi yang berkembang secara tidak merata sehingga masih terdapat daerah-daerah di Indonesia ini yang belum tersentuh oleh teknologi secara langsung.
Perkembangan teknologi secara merata dan menyeluruh akan membuat suatu daerah itu menjadi maju dan memiliki sumber daya yang berkualitas.
Kaitan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang tak terpisahkan dalam peranannya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Ilmu pengetahuan digunakan untuk mengetahui “apa” sedangkan teknologi mengetahui “bagaimana”.
Ilmu pengetahuan sebagai suatu bahan pengetahuan sedangkan teknologi sebagai seni yang dibuat untuk memproduksi, berkaitan dalam suatu sistem yang saling berinteraksi. Teknologi merupakan penerapan ilmu pengetahuan, sementara teknologi mengandung ilmu – ilmu pengetahuan yang terkandung dalamnya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya, keduanya menghasilkan suatu kehidupan di dunia yang diantaranya membawa malapetaka yang belum pernah dibayangkan. Oleh karena itu, ketika manusia sudah mampu membedakan ilmu pengetahuan (kebenaran) dengan etika (kebaikan), maka kita tidak dapat bersikap netral terhadap penyelidikan ilmiah. Sehingga dalam penerapan atau mengambil keputusan terhadap sikap ilmiah dan teknologi, terlebih dahulu mendapat pertimbangan moral dan ajaran agama.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian-bagian yang dapat dibeda-bedakan, tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi dengan sistem-sistem lain dalam kerangka nasional seperti kemiskinan.
Pengenalan teknologi yang seharusnya sudah diperkenalkan sejak dini oleh orang tua dapat memperkecil kemiskinan dari dampak perubahan teknologi yang berkembang secara tidak merata sehingga masih terdapat daerah-daerah di Indonesia ini yang belum tersentuh oleh teknologi secara langsung.
Perkembangan teknologi secara merata dan menyeluruh akan membuat suatu daerah itu menjadi maju dan memiliki sumber daya yang berkualitas.
Kaitan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang tak terpisahkan dalam peranannya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Ilmu pengetahuan digunakan untuk mengetahui “apa” sedangkan teknologi mengetahui “bagaimana”.
Ilmu pengetahuan sebagai suatu bahan pengetahuan sedangkan teknologi sebagai seni yang dibuat untuk memproduksi, berkaitan dalam suatu sistem yang saling berinteraksi. Teknologi merupakan penerapan ilmu pengetahuan, sementara teknologi mengandung ilmu – ilmu pengetahuan yang terkandung dalamnya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya, keduanya menghasilkan suatu kehidupan di dunia yang diantaranya membawa malapetaka yang belum pernah dibayangkan. Oleh karena itu, ketika manusia sudah mampu membedakan ilmu pengetahuan (kebenaran) dengan etika (kebaikan), maka kita tidak dapat bersikap netral terhadap penyelidikan ilmiah. Sehingga dalam penerapan atau mengambil keputusan terhadap sikap ilmiah dan teknologi, terlebih dahulu mendapat pertimbangan moral dan ajaran agama.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian-bagian yang dapat dibeda-bedakan, tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi dengan sistem-sistem lain dalam kerangka nasional seperti kemiskinan.
BAB IV
Penutup
1.
Analisa
Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi memberikan banyak dampak yang serius terhadap
kemiskinan dan kemakmuran suatu masyarat. Ibarat dua mata pisau, IPTEK akan
memberikan dampak positif dan negatif bagi sebagian orang. Bahkan ada pepatah
yang mengatakan :
“Siapa yang
menguasai teknologi, maka dia yang menguasai dunia”
Maksud
dari pepatah di atas adalah siapapun orang yang dapat memanfaatkan adanya
teknologi dalam berbagai bidang kehidupan, maka derajat orang tersebut akan berada
di atas,dan dapat melakukan apapun sesuai dengan kehendaknya demi tercapai apa
yang yang diinginkan orang tersebut. Dalam perkembangannya iptek mulai
dimanfaatkan dan diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Misalnya
dalam bidang kesehatan, teknologi, perhubungan dan arsitektur, industri, dll
Adapun dalam pemanfaatan dan penerapannya iptek berdampak negatif dan positif.
Dampak positifnya, iptek dapat dimanfaatkan dan diteterapkan untuk
kesejahteraan dan kemakmuran manusia. Namun dampak negatifnya, akan berpengaruh
besar dalam kelangsungan hidup manusia itu sendiri, ujung dari dampak negatif
penerapan teknologi adalah kemiskinan. Dampak negatif tersebut akan berujung
pada kemiskinan, apabila manusia tidak mampu mencari dan menemukan pemecahan
permasalahan yang timbul. Berikut adalah dampak negatif dari perkembangan,
pemanfaatan dan penerapan iptek dalam kehidupan manusia yang saling terkait dan
berujung pada masalah kemiskinan
2.
Solusi
Kemiskinan
di negeri ini hanya bisa diatasi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam
hal ini ada dua segi yaitu dari pemerintah dan masyarakat. Dari segi pemerintah
yaitu; pemerintah sepenuhnya menangani bidang produksi pertanian dan
peternakan, pemerintah memperbanyak atau meningkatkan mutu dalam pemberdayaan
sumber daya manusia (SDA), pemerintah membangun Infrastruktur dengan teknologi
yang mampu memangkas biaya pegeluaran negara, misalkan saja pemerintah segera
membangun sumber energy nuklir (PLTN). Sedangkan dari segi masyarakat;
masyarakat agar peduli dengan pendidikan dengan memperhatikan lembaga swadaya
masyarakat dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDA), masyarakat diharapkan
meningkatkan produksi pertaniannya dengan basis teknologi yang dianjurkan oleh
pemerintah, serta memperhatikan penuh dalam penyelenggaraan perencanaan PLTN.
IPTEK
memang merupakan dua mata pisau. Sehingga harus di manfaatkan dengan hati hati.
Karena jika tidak terjadi, masyarakat miskin akan menjadi lebih miskin lagi dan
masyarakat golongan menengah keatas akan semakin kaya dengan mendapatkan
pundi-pundi keuntungan dari pemanfaatan IPTEK tanpa memikirkan masyarakat
miskin. Bahkan yang miskin akan tersingkirkan dan menjadi masyarakat buangan
karena selain tidak bisa memanfaatkan IPTEK tetapi juga tidak bisa merasakan
bagaimana IPTEK telah tumbuh dan berkembang dengan cepat.
3.
Kesimpulan
Ilmu
pengetahuan, teknologi dan kemiskinan adalah sesuatu yang bertentangan.
Teknologi diciptakan oleh manusia demi kesejahteraan umat manusia dan untuk
memenuhi kebutuhan manusia dengan arti menciptakan, mencari kesenangan manusia,
melindungi dari malapetaka, kelaparan, melindungi dari bahaya kekejaman alam
serta memenuhi kebutuhan pokok manusia.
Ilmu
pengetahuan, teknologi serta kemiskinan memiliki kaitan struktur yang jelas,
sebab bagi siapa saja yang dapat menguasai IPTEK maka ia akan berkembang
mengikuti era globalisasi yang sudah modern ini. Dan bagi siapa saja yang tidak
menguasai IPTEK maka ia akan tertinggal jauh oleh pesatnya perkembangan
teknologi di zaman ini.
Bila di zaman
yang modern ini masih ada masyarakat yang tertinggal dan tidak menguasai IPTEK
maka mungkin saja masyarakat masih terpuruk dalam kemiskinan karena mereka
masih menggunakan cara lama yang sudah tertinggal dan tidak efektif dan efisien
lagi di zaman ini.
DAFTAR PUSTAKA
MAKALAH ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN
Reviewed by Sharon Excelli
on
Januari 25, 2019
Rating:
Salam Barudak Gunadarma, Semoga well selaluFasilitas Pembelajaran
BalasHapusInstall Windows 7